Koordinasi Ketahanan Listrik, Kabinda Bali-PLN Bahas Soal Blackout 2 Mei
Denpasar – Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Bali, Brigjen TNI (Mar) Tony Kurniawan, S.A.P., M.A.P., melakukan koordinasi dengan General Manager (GM) PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM) Handy Wihartady, di Denpasar, Bali, Senin (5/5).
Pertemuan yang berlangsung pukul 14.00 hingga 14.45 WITA tersebut membahas isu krusial terkait ketahanan energi listrik di Provinsi Bali.
Dalam pertemuan tersebut, Brigjen TNI (Mar) Tony Kurniawan menyampaikan apresiasi atas kerja keras PLN UID Bali dan PLN UIT JBM dalam menangani insiden pemadaman listrik masif (blackout) yang terjadi pada 2 Mei 2025, yang nyaris berlangsung selama 12 jam.
Ia menegaskan bahwa peristiwa tersebut menunjukkan lemahnya ketahanan sistem kelistrikan Bali, mulai dari kapasitas daya yang terbatas hingga minimnya cadangan.
“Sebagai pintu gerbang dunia, Bali tidak boleh lagi mengalami kejadian serupa. PLN diharapkan dapat segera menambah kapasitas listrik dan memperkuat pengamanan objek vital ketenagalistrikan,” pungkasnya.

Sementara itu, GM PLN UIT JBM Handy Wihartady menjelaskan, bahwa pemadaman terjadi akibat gangguan kabel laut dan gangguan sistem pembangkit di Bali.
Menurutnya gangguan ini memicu ketidakseimbangan beban dan pasokan, menurunkan frekuensi sistem, dan menyebabkan pemadaman (trip) di seluruh sistem kelistrikan Bali.
Handy menambahkan, solusi jangka panjang yang akan dilakukan PLN adalah melalui proyek strategis penambahan pembangkit di internal Bali dan Jawa Bali Connection (JBC).
PLN berharap BINDA Bali dapat membantu mendorong percepatan proyek ini sehingga dapat memperkuat kelistrikan di Bali di tengah kenaikan beban konsumen tahunan yang cukup tinggi.
Untuk solusi jangka pendek, PLN berencana menyewa pembangkit yang akan dipasang di Pemaron Kabupaten Buleleng dan Kubu Kabupaten Karangasem.
“Adanya kendala pembangunan tower transmisi akibat keterbatasan regulasi ketinggian bangunan di Bali. Ia berharap BINDA Bali dapat mendorong pemerintah daerah untuk memberikan relaksasi aturan demi kelancaran pembangunan infrastruktur kelistrikan,” ungkap Handy.
GM PLN UIT JBM tersebut juga menyebutkan, bahwa pemadaman besar pada 2 Mei juga mencerminkan ketergantungan tinggi sistem kelistrikan Bali terhadap suplai eksternal dan absennya cadangan daya memadai.
“Dalam jangka menengah dan panjang, meskipun PLN merencanakan pembangunan sejumlah pembangkit baru, sebagian besar baru akan terhubung ke sistem antara 2026 hingga 2030, meninggalkan Bali dalam kondisi rawan apabila terjadi gangguan serupa,” imbuhnya. (Gate13/Foto: Ist.)